PENERAPAN DSS PADA SEKTOR PENDIDIKAN

PENERAPAN DSS PADA SEKTOR PENDIDIKAN

Apakah teknologi Digital Signage (DSS) dapat mengajarkan 'Generasi Digital'?

Penerapan konsep teknologi digital signage bukanlah konsep baru untuk sekolah dan perguruan tinggi. Di lobi, perpustakaan dan kafetaria, digital signage telah memberikan efek yang besar untuk berkomunikasi dengan mahasiswa dan seluruh stakeholder sekolah. Tanda-tanda digital sudah secara luas digunakan seperti untuk pengumuman, bantuan navigasi dan protokol darurat kritis. Teknologi yang sama dapat digunakan di dalam kelas untuk membuat semua pihak lebih terlibat dengan lingkungan digital. Hal ini menjembatani kesenjangan generasi antara siswa dan guru, dan meningkatkan pengalaman pendidikan untuk semua orang yang terlibat. Dalam proposal ini akan dijelaskan mengapa teknologi digital signage dapat diperumpamakan seperti pelumas yang akan mengurangi gesekan antara dunia siswa vs guru.

The "New School" vs "Old School"

Siswa hari ini tepat dijuluki 'generasi digital', dibesarkan dalam dunia digital dengan stimulasi yang cukup konstan dan terbiasa dengan kepuasan instan. Kata-kata "menunggu dengan sabar" tidak ada dalam kosa kata mereka. Para siswa ini cenderung tidak tahan duduk mendengarkan ceramah yang relatif lama dan datar-datar saja. Bagi siswa ini adalah kegiatan yang sangat membosankan. Sebagai akibatnya apa yang diajarkan dengan metode seperti itu akan lewat begitu saja, tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari para siswa. Generasi digital adalah generasi yang terbiasa untuk terus-menerus terhubung dengan perangkat digital dalam mengkomunikasikan dan mengekspresikan dirinya. Mulai dari ponsel, televisi, dan video game adalah perangkat andalan mereka untuk menjelajah dunia Internet dan media sosial. Seluruh keberadaan mereka terbungkus dalam perangkat digital. Angka-angka statistik berbicara: generasi digital telah menghabiskan kurang dari 5.000 jam hidup mereka membaca namun lebih dari 20.000 jam bermain video game dan 10.000 jam menonton televisi. Di mana siswa generasi dahulu sudah terbiasa untuk duduk dengan sebuah buku yang bagus, siswa saat ini lebih 'familiar' dengan rumah yang sudah online, menonton televisi atau bermain video game. Dalam rangka untuk benar-benar menjangkau generasi digital, pendidik harus menemukan cara untuk 'plug in' atau masuk ke "jaringan" mereka dan menjangkau mereka dengan cara mereka sendiri.

Pendidik generasi 'tua' tidak akan 'tua' lagi...dengan teknologi

Teknologi saat ini terus berkembang, dan sementara generasi digital akan merasa nyaman ('feel at home') dengan berbagai platform digital baru dan media digital, tetapi tidak dengan generasi sebelumnya yang cenderung tertinggal. Di mana generasi digital sudah terbiasa berkomunikasi dan berekspresi dengan sentuhan teknologi, pendidik generasi lama yang tidak 'melek' teknologi tidak bisa menyesuaikan metode mereka dengan perkembangan jaman, bahkan sekalipun ketika metode mereka sudah terbukti menjadi usang. Dalam salah satu survey di Amerika Serikat oleh lembaga PEW Research Center (http:// www.pewinternet.org/2013/02/28/how-teachers-are-using-technology-at-home-and-in-their-classrooms/) menemukan bahwa semakin banyak pendidik mulai merangkul kemajuan teknologi. PEW Research Center mensurvei 2462 Advanced Placement (AP) dan guru-guru NWP (National Writing Project), dan menemukan fakta bahwa:

94% memiliki ponsel

58% memiliki smartphone

93% memiliki laptop

87% memiliki desktop

39% memiliki tablet

penggunaan situs jejaring sosial 78%

Meskipun terlihat dari survei keterlibatan yang cukup tinggi antara pendidik dengan teknologi, 42% dari guru-guru ini masih merasa bahwa siswa mereka memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap perangkat digital daripada mereka sendiri.

Kemajuan teknologi digital meningkatkan kesenjangan (gap) antar generasi

Sementara banyak pendidik telah memakai berbagai perangkat digital, perangkat tersebut masih agak asing bagi mereka. Mereka tidak memiliki pemahaman yang sama dengan generasi siswa mereka yang lebih melek teknologi. Mereka tidak cukup bisa berbicara dengan bahasa yang sama dengan siswa-siswa mereka sendiri. Secara fisik bisa memegang perangkat yang sama namun berbeda dalam memaknainya maupun keterbatasan mengeksplorasinya. Dalam satu sisi para pendidik generasi lama ini mengakui kegunaan perangkat digital, buktinya mereka memang memiliki, ternyata mereka tidak selalu menggunakan perangkat tersebut untuk keuntungan mereka. Para pendidik ini cenderung kurang memaksimalkan penggunaan perangkat digital untuk selalu bisa berkomunikasi dengan para siswa mereka. Hal ini yang menyebabkan 'putusnya hubungan' dalam interaksi di kelas antara guru dan siswa.

Menjembatani kesenjangan

Perkembangan dunia sekarang ini , dalam hal pemikiran siswa dan proses informasi yang melibatkan siswa sangat berbeda dengan para pendahulu mereka. Diluar standar dari metode pendidikan lama. Oleh karena itu sebaiknya metode pengajaran di sekolah haruslah berkembang dan menyesuaikan diri agar benar-benar bisa mengajar para siswa generasi digital ini. Pendidik yang lebih tua cenderung untuk menolak belajar teknologi baru, namun disisi lain siswa generasi digital cenderung menolak konsep lama dan ide-ide usang. Memaksa siswa untuk tetap memakai dengan metode lama adalah hal merugikan untuk semua pihak. Pendidik harus belajar untuk berkomunikasi yang lebih 'membumi' dengan para siswa mereka. Hanya dengan mengintegrasikan perangkat digital ke dalam kelas, pendidik dapat meningkatkan kegembiraan dan keterlibatan dari para siswa. Sangat penting untuk diingat bahwa apa yang perlu diubah untuk mengajar siswa saat ini bukanlah terletak pada isi atau materi yang diajarkan, tetapi lebih dari bagaimana metode penyampaian dan penyajian informasi. Mahasiswa hari ini tidak akan mematuhi secara 'saklek', langkah demi langkah secara teori dan kuliah bertele-tele. dunia mereka bergerak cepat dan mereka dapat menangani informasi dalam jumlah yang lebih besar dan pada kecepatan yang lebih besar. Ini apa yang mereka harapkan, dan itu yang membuat mereka terlibat. Jadi tantangan bagi pendidik - dan kunci untuk menjembatani kesenjangan generasi yang terus tumbuh - adalah dengan menemukan cara untuk beradaptasi dan 'repurpose' konten pendidikan, sehingga dapat dikomunikasikan dalam bahasa yang dimengerti generasi digital. Aplikasi teknologi digital signage (DSS) untuk pendidikan bisa memberikan solusi akan kesenjangan ini.

Manfaat penerapan DSS di lingkungan pendidikan

Teknologi DSS dapat diterapkan di sekolah atau perguruan tinggui baik di luar ruang kelas (di lingkungan sekolah/kampus) maupun di dalam ruang kelas sebagai bagian dari proses belajar mengajar. Sebagai contoh pemanfaatan DSS adalah sebagai berikut :

- Menampilkan program pendidikan di dalam ruang kelas.

- Berfungsi sebagai papan pengumuman dan poster digital.

- Menampilkan pengumuman dan tugas sekolah secara lebih menarik dan cepat (real time).

- Menyediakan informasi yang krusial bagi siswa.Menjadi Majalah dinding (Mading) sekolah yang lebih atraktif dan kreatif , sebagai wadah interaksi dan aspirasi seluruh siswa.

- Mempresentasikan konten pendidikan secara lebih kreatif dan interaktif dengan konten multimedia (Video, animasi, gambar,dll).

- Memberikan materi pembelajaran sekolah dengan stimulasi yang lengkap meliputi visual, audio dan kinestetis.

- Berfungsi sebagai papan menu digital (Digital menu board) di kantin sekolah.

- Berfungsi sebagai 'building directory' dan 'way finding' bagi semua pihak yang terkait.

Post comments